fkpm-madura

Kamis, 19 Agustus 2010


Pada Zaman Majapahit di Sampang ditempatkan seorang Kamituwo yang pangkatnya hanya sebagai patih, jadi boleh dikatakan kepatihan yang berdiri sendiri. Sewaktu Majapahit mulai mundur di Sampang berkuasa Ario Lembu Peteng, Putera Raja Majapahit dengan Puteri Campa.

Lembu Peteng akhirnya pergi memondok di Ampel dan meninggal disana.
Yang mengganti Kamituwo di Sampang adalah putera yang tertua ialah Ario Menger yang keratonnya tetap di Madekan. Menger berputera 3 orang laki-laki ialah Ario Langgar, Ario Pratikel (ia bertempat tinggal di Pulau Gili Mandangil atau Pulau Kambing) dan Ario Panengah gelar Pulang Jiwo bertempat tinggal di Karangantang.

Pratikel mempunyai anak perempuan yang kawin dengan Ario Pojok dan mempunyai anak bernama Kiyai Demang (Demangan adalah tempat kelahirannya) setelah Demang menjadi dewasa ia sering pergi ke tempat tempat yang dipandang keramat dan bertapa beberapa hari lamanya disana, pada suatu waktu ia sedang tertidur dipertapaannya ia bermimpi supaya ia terus berjalan kearah Barat Daya kedesa Palakaran.

Setelah Demang bangun ia terus pulang dan minta ijin pada orang tuanya untuk memenuhi panggilan dalam mimpinya, ayah dan ibunya sebenarnya keberatan tetapi apa dikata, kehendak anaknya sangat kuat. Menurut cerita Demang terus berjalan kearah Barat Daya diperjalanan ia makan ala kadarnya daun-daun, buah-buahan dan apa saja yang dapat dimakan, dan kalau malam ia tertidur dihutan dimana ia dapat berteduh.

Pada suatu waktu ketika ia berhenti melepaskan lelah tiba-tiba datang seorang perempuan tua memberikan bingkisan dari daun-daun, setelah bingkisan dibuka terdapatlah 40 buah bunga nagasari, diamana ada Pohon Nagasari? Perempuan tua itu menjawab bahwa pohon yang dimaksud letaknya didesa Palakaran tidak beberapa jauh dari tempat itu.

Dengan diantar perempuan tua tersebut Demang terus menuju kedesa Palakaran dan diiringi oleh beberapa orang yang bertemu diperjalanan. Sesampainya didesa itu mereka terus beristirahat ditempat pengantarnya sambil menikmati hidangan yang lezat-lezat yang menghidangkan ialah, Nyi Sumekar puteri dari janda itu. Tidak bberapa lam Demang jatuh cinta pada perempuan itu dan mereka kawin, kemudian mereka mendirikan rumah besar, yang kemudian oleh orang-orang disebut keraton kota Anjar (Arosbaya) dari perkawinan Sumekar dan Demang lahirlah beberapa orang anak dengan nama-nama sebagai berikut :

1. Kiyahi Adipati Pranomo
2. Kiyahi Pratolo
3. Kiyahi Pratali
4. Pangeran Panagkan dan
5. Kiyahi Pragalbo.

Pada sauatu saat Demang Palakaran bermimpi bahwa kemudian hari yang akan menggantikan dirinya ialah Kiyahi Pragalbo yang akan menurunkan pemimpin-pemimpin masyarakat yang baik, putera yang tertua Pramono oleh ayahnya disuruh bertempat tinggal di Sampang dan memimpin pemerintah dikota itu.

Ia kawin dengan puteri Wonorono di Pamekasan karena itu ia juga menguasai Pamekasan jadi berarti Sampang dan Pamekasan bernaung dalam satu kerajaan, demikian pula sewaktu Nugeroho (Bonorogo) menggantikan ayahnya yang berkeraton di Pamekasan dua daerah itu masih dibawah satu kekuasaan, setelah kekuasaan Bonorogo Sampang terpisah lagi dengan Pamekasan yang masing-masing dikuasai oleh Adipati Pamadekan (Sampang) dan Pamekasan dikuasai oleh Panembahan Ronggo Sukawati, kedua-duanya putera Bonerogo.

Kemudian Sampang diperintah oleh Pangeran Adipati Mertosari ialah cucu dari puteri Pramono putera dari Pangeran Suhra Jamburingin, demikianlah diceritakan bahwa memang menjadi kenyataan Kiyahi Demang banyak menurunkan Raja-Raja di Madura

Dengan tegas, Sakera meminta kepada mandor untuk memberikan hak para kuli sepenuhnya

Cerita kepahlawanan sakera bermula ketika tokoh berdarah Madura itu membela para kuli kebun tebu milik pabrik gula Kancil Mas Bangil. Upah para kuli dipotong oleh mandor bawahan sakera.

Dengan tegas, sakera meminta kepada mandor untuk memberikan hak para kuli sepenuhnya. Tindakan itu dianggap sebagai tantangan, sakera pun dilaporkan pada pimpinan pabrik. sakera yang buta huruf, berada di posisi yang salah, karena membubuhkan cap jempol di bukti pembayaran. sakera dituduh korupsi.

Apalagi saat Herman, administratur pabrik gula menodongkan pistol di kepalanya. Tak kuasa menahan emosi, ia tepiskan pistol Herman dan langsung membacoknya dengan celurit. Akibatnya, hukuman penjara 25 tahun harus ia terima.

Ia mendekam di penjara kolonial Kalisosok Surabaya. sakera, sosok yang tidak bisa melihat wong cilik diperlakukan semena-mena. Saat dipenjara, tiba-tiba ia bertemu pamannya. Paman sakera sengaja mencuri agar dapat menemui keponakannya. Menurut penuturan sang paman, perilaku mandor semakin tidak terkendali. Selain itu istri muda sakera, Marleena kerap dirayu Brodin, keponakan sakera.

sakera kabur dari penjara. Dengan sekali tebas, dia membunuh Brodin. Tak hanya itu, sakera juga membunuh carik dan petinggi. Tak ayal, dirinya pun jadi target pengejaran Gupermen. sakera dijebak dalam suatu pesta tayub. Tokoh legendaris Madura itu berhasil ditangkap, dan akhirnya dihukum mati.

Jumat 27 Februari 2009 malam, Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki terlihat padat. Dibuka dengan Tari Remo dan diselingi parikan khas Jawa Timuran, Kartolo sang maestro ludruk berhasil memancing tawa ratusan penonton. Selain Kartolo, tampak pula beberapa petinggi, layaknya Basofi Sudirman, Oetojo Oesman dan Sony Wibisono.

Tapi kehadiran petinggi-petinggi itu bukan sebagai penonton. Mereka tengah mementaskan pagelaran ludruk berlakon ’sakera’. Selain itu pagelaran juga dimeriahkan oleh Ludruk Metropolis, tampak pula Miss Indonesia, Kamidia Radisti, yang berperan sebagai Noni Belanda. Sedangkan pemeran utama sakera dilakoni Sutan Remy Sjahdeini, Komisaris utama PT Danareksa.

Pementasan berdurasi tiga setengah jam itu riuh oleh tawa. Tak jarang terdengar celetukan dari bangku penonton. Mereka tampak melebur dalam cerita ’sakera.’ Iring-iringan gamelan pun kian menghangatkan malam. Penonton juga diajak mengenal lagu daerah Jawa Timuran, Tanduk Majeng. Pagelaran sakera kian meriah.

Sayang, di akhir adegan, tepat saat pistol ditodongkan ke sakera, lampu panggung pun padam. Penonton sempat mengira jika hal ini bagian dari cerita, ternyata bukan. Namanya juga ludruk, listrik mati bukanlah penghalang.

Meski penonton mulai berteriak, “sakera nggak jadi mati, cerita bersambung ke sakera Dua,” teriak para penonton. sakera tetap lanjut. Beruntung tiga menit kemudian listrik kembali menyala. Dan “Dor, dor, dor !!!” sakera pun akhirnya mati. Dan penonton yang rata-rata orang Jawa Timur riuh bertepuk tangan.